5. Pesonanya Pertemuan

5.      Pesonanya Pertemuan 
Cucu Abdul Karim
            Burung-burung enggan keluar dari sarangnya, mereka takmampu bernyanyi sambil melompati rating dan dahan. Karna ranting yang menggigil semalaman kedinginan, kini semakin membeku. Sinar mentari terlalu malu mengatakan pagi akan terang. Tanda-tanda kehidupan lenyap begitu saja. Hujan rintik-rintik terlalu ambisius membasahi tanah kering.
            Sebelum berangkat sekolah pastilah kamarku akan tetap berantakan. Dikarnakan simbo selalu membereskannya setelah aku berangkat. Terkecuali dihari libur. Mengambil Seragam sekolah yang telah disiapkan simbo didalam lemari tergantung rapih. Sembari memakai seragam, terlihat dari cermin buku-buku berantakan diatas meja gadang. Pensil berhamburan seperti takpunya tempat untuk bersinggah. Handphone menyanyikan nada panggilan entah dimana. Terbingung mencari dimana Handphone berbunyi. akhirnya aku temukan handphonku disamping tong sampah bersebelahan dengan meja gadang. Satu panggilan masuk dari ibunya Wil yaitu tante Serly. Sesegera kujawab.
“slamat panggi tante! Ada apa ? ” handphone tercapit telinga dan bahu kakan. Tangn terus merapihkan seragam. Dimasukan setiap ujung baju kesekeliling celana.
“Rio hari ini wilda tidak bisa masuk sekolah”
“kenapa tante?” terkejut. cepat mengambil hanedphone yang terapit. Posisi wajah lurus.
            Satu teman konyolku panas tinggi. Tetapi tak apalah, nanti sepulang sekolah bersama Drim akan menengoknya. Sarapan pagi tidak pernah aku lewatkan. Nenek yang sangat aku sayangi selalu menemani.
“Rio, Sepertinya hujan akan berlangsung lama.  Jadi kamu berangkat sekolah diantar mang Ujang. setelah selesei sekolah mangujang akan menjemputmu kembali” keduatangnnya disibukan dengn garpu dan pisau yang memotong dan menekan roti diatas piring.
“tavi omah akukan bisa bawa sihitam” mengkentikan tangn memptong roti dengan menatap omah.
“Omah tidak ijinkan hari ini kamu bawa mobil, meski itu sihitam”  tetap terpokus pada sarapannya
“ah omah” elaku
“tidak ada kata ah” sambil menatap ku
“baiklah” raut wajang aga cemberut dengan senyuman menyamping kearah kanan sedikit kugoyagkan. Omah tidak pernah menceritakannya padaku alasa kenapa ia tidak pernah mengijinkan aku membawa mobol saat hujan turu. Kutahu dari embok Rias kalau kakek dulu meninggal akibat tabrakan saat hujan turun.
Sehabis sarapan Aku segera pamitan pada omah. Diam-diam kembali kekamar karna lupa mengambil kunci sihitam. Anehnya kunci sihitan tidak ada ditempat biasa aku menyimpan. Apa mungkin aku lupa menympannya. Aku conba cari dalam  lemari kuci mobil keluarga, tetap saja tidak Aku temukan.
“Rio kamu cari apa?”
Terkaget omah datang menghampiriku diruang keluarga.
“tidak Omah aku haya... aku mencari ini!” mengambil majalah. didekat penyimpanan kunci terdapat tumpukan majalah.
“apa ini yang kamu cari ?” Oma mengangtat tangan kananya sambil memegang kunci sihitam.
“loh kok kunci sihitam ada pada omah” sambil berusaha merayu omah untuk dapat membawa sihitam. Tetapi sia-sia usahaku. Omah tetap bersikeras tidak mengijinkanku mengendarai mobil saat hujan turun. Akhirnya aku mengalah. Omah membuntuti hingga aku masuk mobil yang siap mengantar hingga kesekolah. Tetavi aku tidak kehabisan akal. Menghubungi Drim untuk membawa kendaraan pribadinya. Kusuruh mang Ujang menghentikan mobilnya didepan rumah Drim.
“mang ujang tunggu dulu disini, aku panggi dulu Drim”
Seringkali aku membodohi mang Ujang. Alasannya hendak panggil Drim untuk mengajak berangkat baerng kesekolah. Nyataya aku pergi bersama Drim lewat gerbang belakang. Biarsaja mang ujang nanti di marahin omah, karna teledor mengawasiku. Begitu juga aku, pasi omah akan marah besar gara-gara membodohi mang Ujang dan tidak mematuhi perintahnya. 
 Sesampainya diparkiran sekolah hujam belum juga reda. Jam menujukan pukul 07.30 Wib. Terlambat 15 menit akibat memutar balik arah, karna gak mau ketahuan mang Ujang. Hukuman apa lagi yang akan diberikan guru pada kami. Hampir semua hukuman telah kami jalani. Dari mulai membersihkan toilet, lari mengelilingi lapang, berdiri di depan kelas sambil mengangkat kaki kiri dengan menjewer kedua telinga, menghormat bendera di tengah lapang, Membawa kursi sampil lompat-lompat di depan kelas, bahkan dimarahin habis-habisan oleh kepala sekolah karna tingkah laku kami tidak pernah henti membuat jengkel para Guru.  Sekarang apa lagi hukumannya?.
Berlari menuju ruangkelas ditingkat dua. Sambil canda gurau tentang hukuman yang akan diberikan guru pada kami berdua. Ruangan kelas dengan desain bangunan memanjang membuat kedua mata ini dapat melihat tempelan diatas pintu bertuliskan angka 12 diikuti dengan hurup G kapital. langkah kaki kami terhenti sesetika. Pak Dion walikelas kami keluar dari ruangan 12 G. Dengan sangat repleks kami bersembunyi. Satu kekonyolan telah kami lakukan. Karna terkaget melihat pak Dion keluar dari kelas. kami salah bersembunyi, masuk keruangan kelas lain.
“sedang apa kalin” suara seorang wanita berusia 35 bertanya pada kami
Memutar balik badan kami sedikit demi sedikit. Semua pasang mata yang ada diruangan tertuju pada kami.
“oh set, maaf bu kami salah masuk” serentak kami keluar. Untungnya setelah kami keluar kelas lain pak Dion sudah turun lewat tangga depan. sekarag kami tepat berdiri dihadapan ruang 12 G. Mengetuk pintu tiga kali berulang-ulang. Memninta izin masuk. Semua pikiran negatif kami tentang hukukuman tidak ada satupun yang tepat. Guru membiarkan kami masuk begitu saja.
“maaf bu kami terlambat”
“ibu sudah tahu kalian terlambat, cepat duduk”
Apa mungkin mereka sudah kehabisan akal menghadapi tingkah laku kami. Entahlah! yang penting sekarang kami tidak dapat hukuman.
Apakah ini mimip? Tidak ini tidak mimpi. Ini nyata. Dari hasil informasi tadimalam, kalau ia akan belajar diruang 12 F. Ternyata itu semua tidak benar. Ketiga kaliya aku dikagetkan dengan sosok wanita halte. saat ini aku sungguh melihatnya berada dihadapanku. Tepat dihadapanku, sungguh satu kelas denganku. Lagu-lagu kasmaran seolah berdendang begitu saja. Langkah kaki ini begitu perlahan seakan melayang diudara. Terkesima dengan Mata indahnya tertatap padaku. Senyuman manisnya tersaji untuku. Berusaha membalas kembali senyuman manisnya.
“Halimah yo, halimah” bisik Drim disampiku
“Rio, Drim duduk dikursi kalian” teriak bu Dini yang melihat kami terus berdiri menatap Halimah. Drim telah duduk di kursinya. Tetapi aku tidak mampu duduk. Terus terkesima, terhipnotis bayangan dirinya. Kedua pasang mata Ibu Dini terpokus memandangiku. Tetapi badanku tidak sedikitpun goyah.
“yo, yo.  Rio ayo duduk” ucap Drim sambil menarik-narik tangan kananku dari tempat duduknya.
“Riooooo” satu geraman macan seakan menerkam nama Rio memadati telingaku.
“apa Bu” Terkaget bu Dini berada disampiku.
“Duuduuk” tangan kiri dengan satu telunju bu Dini terselujur mengarah pada kursi yang biasa aku duduki.
“iah bu ”  menganggukan kepala. Semua siswa tertawa melihatku. Termasuk Halimah, ia begitu terlihat manis.
Membuatku bosan menatap teori yang tidak pernah menoleh untuk mempersiapkan bekal ruang abadi. Saat ini aku menemukan gantinya. Biarlah mereka berbicara didepan seperti orang gila. Tidak perduli teori tidak dapat kurangkul. Yang terpenting sekarang aku bisa menatapnya seharian. Lensa ini tidak akan pernah bosan membayangkan halimah. Tidak terasa dua mata pelajaran usai begitu saja. Bel istirahat meulai membisingi seluruh ruangan sekolah. Kenapa hati ini tidak seperti biasaya. Merasa enggan untuk berulah konyol, jail, dan memuaskan tawanya. Seakan semuanya sirna berada didekatnya. Aku harus memberanikan diri berkenalan langsung denganya.
Setelah semua pelajaran usai. Halimah membereskan buku mata pelajarannya. Satu buku warna merah muda terjatuh dari atas meja, karna tagannya terlalu lembut memasukan beberapa buku sekaligus kedalam tas. Halimah berusaha menggapai buku warna merah muda sesegera aku mengambilnya. Mungkin kata orang saatnya momen tatap-tatapan seperti di filem romantis gitu. setelah itu mereka akan mulai dekat dan saling mencintai. Tetapi berbeda dengan ceritaku.
“ini bukumu!” ujarku sambil memberikan buku Halimah
“Makasih!” jawanya penuh dengan senyuman manis
“Aku Rio Sebastian” Berniat berkenalan dengannya, Ku ulurkan tangan kanan.  Tatapannya begitu indah seakan mau merespon uluran tanganku. Tetapi kok berbeda. Ia haya merapatkan kedua tangannya dengan serentak menekuk kedua dengkul kaki sambil menyebutkan namanya.
“Halimah”  seakan senyuman tidak pernah lenyap dari wajahnya
Salting adalah akronim dari salah tingkah. Begitulah yang sekarang Aku alami. Secara sepontan Aku angkat uluran tangan kanan mengarah pada kepala sambil menggaruk garuk. Tampak tertulis kata malu dalam raut wajah. Mungkin ini pertamakalinya aku merasa malu dihadapan wanita manis nan cantik.
“eh”
Saat aku mau bilang “sekarag kamu mau kemana? Boleh aku temani? Dan sebagainya” tiba-tiba Felina menarik tangan kanan yang berpura-pura menggaruk gatal di kepala, hingga tubuh terseret mengikuti arah kemana ia membawaku. Berusaha berpamitan pada Halimah dengan melambaikan tangan kiri.
“Sayang ayo kita makan dikantin”
Felin Agreani adalah salah satu wanita tercantik yang ada disekolah. Banyak sekali para pasang mata keranjang mengincar, haya sekedar untuk menjadi pacarnya. Kata orang Felin manis. Tapi menerutku ia didak manis. Kalo tidak percaya coba aja jilat. Paling-paling pas dijilat rasa yang ada asem. Kata orang Felin harum. Tetapi menurutku ia tidak sedikitpun harum. Coba saja hirup keteknya. tetap aja yang ada bau, bau dan bau. Anehnya saat orang bilang kalau Felin terlihat anggun dengan ucapannya. Menurutku dia tidak anggun. Malah yang ada rewel, bawel, sangat menyebalkan. Buktinya saat bersamaku mulutnya tidak pernah diam, bilang ini bilang itu. Huh kayanya kepala ku akan pecah bila terus bersananya. Lebih sebelnya lagi kalau ia sudah panggil diriku dengan kata “Sayang” “Embeb” “Hany” “Bayby” sekalian aja babi gitu panggilnya. Harus kutegaskan berapakali kalau Aku punya nama. Nama terkeren yang pernah ada yaitu “RIO SEBASTIAN” bukannya Bayby atau yang lainnya.

0 comments:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net