BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Menyimak
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus dipelajari di perguruan
tinggi, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal
ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahamih kaidah-kaidah dasar dalam menyimak
sebagai mata kuliah yang diampunya. Kegiatan menyimak merupakan suatu proses
menangkap bunyi dengan disengaja dengan direncanakan dengan penuh perhatian dan
pemahaman sehingga dapat memproduksi kembali apa yang sudah disimak.
Pernyataan
ini diperkuat pula oleh pernyataan dari para ahli bahasa, salah satunya adalah
Russel dan Russell (1959) bahwa “menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh
pemahaman dan perhatian serta apresiasi”.
Dari
pernyataan di atas tidak dapat dipungkiri bahwa menyimak adalah salah satu hal
yang fundamental untuk dipelajari. Dari segi fungsi, jelas sekali kita
menemukan fakta bahwa menyimak sangat penting untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui uaraian atau bahasa lisan.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
·
Apa batasan dan pengertian menyimak?
·
Bagaimanakah tahapa-tahap menyimak?
·
Apa sajakah ragam menyimak?
·
Apakah tujuan menyimak?
·
Bagaimanakah proses menyimak?
·
Bagaimana kemampuan menyimak siswa Sekolah Dasar?
·
Apa saja hal-hal yang perlu disimak?
1.3.
TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
·
Ingin mengetahui batasan
dan pengertian menyimak.
·
Ingin mengetahui tahap-tahap
menyimak.
·
Ingin mengetahui
ragam menyimak.
·
Ingin mengetahui
tujuan menyimak.
·
Ingin mengetahui
proses menyimak.
·
Ingin mengetahui
kemampuan menyimak siswa Sekolah Dasar.
·
Ingin mengetahui hal-hal yang perlu disimak.
1.4.
MANFAAT
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini yakni:
·
Memberikan pengetahuan tentang batasan dan pengertian
menyimak.
·
Mengetahui tahap-tahap menyimak.
·
Mengetahui ragam menyimak.
·
Mengetahui tujuan
menyimak.
·
Mengetahui proses
menyimak.
·
Mengetahui
kemampuan menyimak siswa Sekolah Dasar.
·
Mengetahui hal-hal yang perlu disimak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
BATASAN DAN PENGERTIAN MENYIMAK
Dalam bahasa Karo terdapat
suatu pameo yang berbunyi “tuhu nge ibegina, tapi labo idengkehkenna” yang
bermakna “memang didengarnya, tetapi tidak disimaknya”.
Di atas bumi ini terdapat
banyak teling yang kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi
belum sampai pada taraf menyimak.
Dari nukilan-nukilan di atas
terdapat perbedaan antara mendengar dan menyimak. Dalam bahasa Inggris, padanan
kata mendengar adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak adalah to
listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing hearing dan listening.
Don Brown, dalam disertasinya
yang berjudul “Auding as the Binary Language Ability” pada Standford
University, 1954, menyatakan bahwa istilah-istilah hearing dan listening
kedu-duanya terbatas pada makna mendengarkan dan auding, yang diturunkan dari
kata kerja neologis to aud, lebih tepat melukiskan, memberikan keterampilan
yang ada sangkut-pautnya dengan para guru. “Auding is to the ears what reading
is to the eyes”. Kalau membaca merupakan proses besar dalam melihat, mengenal,
serta menginterpretasikan atau menafsirkan lambang-lambang tilis, dapatlah kita
membatasi menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan
lambang-lambang lisan (Anderson, 1972:68).
Menurut (Russel
dan Russell, 1959 ; Anderson, 1972:69) bahwa “menyimak bermakna mendengarkan
dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi”.
Dari
uraian diatas dapatlah kita tarik kesimpulan serta kita susun batasan sebagai
berikut: Menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.2.
TAHAP-TAHAP MENYIMAK
Ruth G. Strickland menyimpulkan
adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada
yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai
berkut;
a.
Menyimak berkala,
yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya;
b.
Menyimak dengan
perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
c.
Setengah menyimak
karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi
hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;
d.
Menyimak serapan
karena snag anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang
penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;
e.
Menyimak
sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara
seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang
pembicara yang menarik hatinya saja;
f.
Menyimak asosiatif,
hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan
sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang
disampaikan sang pembicara;
g.
Menyimak dengan
reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan
pertanyaan;
h.
Menyimak secara
seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
i.
Menyimak secara
aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang
pembicara (Strickland 1957: (Dawson [et all], 1963:154)).
Tahap-tahap
menyimak ditinjau dari segi perbedaan maksud dan tujuan, diantaranya:
1)
Mendengar bunyi
kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan,
misalnya seorang ibu tahu bahwa putrinya non berbicara, namun snag ibu tidak
memperhatikannya.
2)
Menyimak sebentar-sebentar;
memperhatikan sang pembicara sebentar-sebentar; misalnya mendengar suatu ide
pada suatu khotabah atau ceramah, tetapi ide-ide lainnya tidak didengar apalagi
didengarkan.
3)
Setengah menyimak;
mengikuti diskusi atau pembicaraan hanya dengan maksud suatu kesempatan untuk
mengekspresikan ide sendiri; misalnya seseorang yang mendengarkan suatu
percakapan hanya untuk mencari kesempatan untuk mengemukakan kepada hadirin
bagaimana cara beternak ulat sutera.
4)
Menyimak secara
pasif dengan sedikit responsi yang kelihatan, misalnya sang anak mengetahui
bahwa sang guru mengatakan kepada seluruh kelas untuk yang kedua kalinya
agaimana cara berjalan di dalam ruangan agar tidak mengganggu orang lain.
Karena sang anak sudah mengetahui hal itu, penyimakannya bersifat fasif saja,
dan responsinya tidak begitu besar.
5)
Menyimak secara
sempit; dalam hal ini makna atau penekanan yang penting pudar dan lenyap karena
sang penyimak menyeleksi butir-butir yang biasa, yang berkenan, ataupun yang
sesuai padanya, dan yang dapat disetujuinya, misalnya seorang anggota Partai
Republik menyimak pembicaraan seorang tokoh dari partai lain. Karena
kesibukannya memilih ide yang diingininya, dia kehilangan ide sang pembicara.
Inilah akibat penyimakan yang sempit, ketertutupan hati seseorang.
6)
Menyimak serta
membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang, misalnya seorang siswa sekolah dasar
mendengar bunyi awal kata-kata Karim, kurang, kaya, karena, kita, dan
menghubungkannya dengan huruf k.
7)
Menyimak suatu
laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang, atau mengikuti
petunjuk-petunjuk; menyimak peraturan-peraturan serta uraian-uraian suatu
permainan baru.
8)
Menyimak secara
kritis; seorang penyimak memperhatikan nilai-nilai kata emosional dalam suatu
iklan advertensi yang disiarkan melalui radio.
9)
Menyimak secara
apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang,
misalnya seorang siswa menyimak gurunya membacakan riwayat perjuangan seorang
pahlawan menentang penjajah, dan memperoleh kegembiraan karena dapat mengetahui
sifat-sifat pahlawan sejati. (Anderson, 972:69).
Ada pakar lain yang
mengemukakan adanya 7 tahapan dalam menyimak.
(1)
Isolasi
|
:
|
pada tahap ini penyimak mencatat aspek-aspek individual
kata lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide,
fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus
lainnya.
|
(2)
Identifikasi
|
:
|
Sekali stimulus
tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau identitas pun diberikan
kepada setiap butir yang berdikari itu.
|
(3)
Integrasi
|
:
|
Kita
mengintegrasikan atau menyatu padukan sesuatu yang kita dengar dengan
informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena
itulah, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Kalau proses
menyimak berlangsung, kita harus lebih dahulu harus mempunyai beberapa latar
belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertebtu. Kalau kita
tidak memiliki bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan
informasi yang baru itu, jelas kegiatan menyimak itu akan menemui kesulitan
atau kendala.
|
(4)
Inspeksi
|
:
|
Pada tahap ini,
informasi baru yang telah kita terima dikontraskan dan dibandingkan dengan
segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal tersebut. Proses ini
akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi baru justru menunjang
prasangka atau prakonsepsikita. Akan tetapi, kalau informasi baru itu
bertentangan dengan ide-ide kita sebelumnya mengenai sesutau, kita harus
mencari serta memilih hal-hal tertentu dari informasi itu yang lebih
mendekati kebenaran.
|
(5)
Interpretasi
|
:
|
Pada tahap ini,
kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita dengar dan menelusuri
darimana datangnya semua itu. Kita pun mulai menolak dan menyetujui serta
mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut dengan sumber-sumbernya.
|
(6)
Interpolasi
|
:
|
Selama tidak ada
pesan yang membawa makna dalam dan memberi informasi, tanggung jawab kitalah
untuk menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar
belakang pengetahuan dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi
butir-butir pesan yang kita dengar.
|
(7)
Introspeksi
|
:
|
Dengan cara
mereflesikan dan menguji informasi baru, kita berupaya untuk
mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya pada situasi kita
sendiri (Hunt; 1981 : 18-9).
|
2.3.
RAGAM MENYIMAK
2.3.1.
MENYIMAK EKSTENSIF
Menyimak ekstensif (extensive
listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum
dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung
dari seorang guru. Jenis-jenis menyimak Ekstensif, sebagai berikut:
a)
Menyimak Sosial
Menyimak sosial (Social
Listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun
menyimak sopan (coerteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi
sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang
menarik perhatian semua orang yang hadir. Mereka saling mendengarkan satu dan
yang lainnya untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang
menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang
dikemukakan dan dikatakan oleh seorang rekan (Dawson [et all], 1963 : 153).
Menyimak sosial paling sedikit
mencakup dua hal, yaitu:
-
Menyimak secara
sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrola dalam
situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.
-
Menyimak serta
memahami peranan-peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi
tersebut (Anderson; 1972’69).
b.
Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder (secondary
listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening)
dan secara ekstensif (extensive listening). Berikut dua buah contoh:
-
Menyimak pada musik
yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat di sekolah dan pada
acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada
seorang teman di rumah.
-
Sambil menikmati
musik, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti
melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah
(Dawson [et all], 1963 : 153; Tarigan, 1972:69).
c.
Menyimak Estetik
Menyimak Estetik ataupun yang
disebut mennyimak apresiatif appreciational listening) adalah fase terakhir dan
kegiatan termasuk kedalam menyimak
secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif, mencakup:
-
Menyimak musik,
puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.
-
Menikmati cerita,
puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau
diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor (Dawson [et all], 1963:153).
d.
Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah
penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya
kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar
kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.
2.3.2.
Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah
sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas
terhadap suatu ujaran, lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang diawasi,
dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu
pembagian penting, sebagai berikut:
-
Menyimak intensif
ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran
bahasa, atau
-
Terutama sekali
dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas bahwa dalam
butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Jenis-jenis yang termasuk
kedalam kelompok menyimak intensif, yaitu:
a.
Menyimak Kritis
Menyimak Kritis (critical
listening ) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau
kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran saeorng
pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Secara terperinci
kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis, yaitu:
-
Memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya;
-
Menentukan alasan
“Mengapa”;
-
Memahami aneka
makna petunjuk konteks;
-
Membedakan fakta
dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan;
-
Membuat
keputusan-keputusan;
-
Menarik
kesimpulan-kesimpulan;
-
Menemukan jawaban
bagi masalah tertentu;
-
Menentukan
informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik;
-
Menafsirkan,
menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum atau belum
lazim dipakai;
-
Bertindak objektif
dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka atau
kecerobohan, kekurang telitian, serta kekeliruan (Anderson, 1972:70).
b.
Menyimak Konsentratif
Menyimak Konsentratif
(concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau
menyimak sejenis telaahh. Kegiatan-kegiatan
yang tercakup dalam menyimak konsentratif, yaitu:
-
Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdaapat dalam pembicaraan;
-
Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan,
serta sebab akibat;
-
Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu;
-
Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam;
-
Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran, ataupun, pengorganisasiannya.
-
Memahami urutan ide-ide sang pembicara;
-
Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson, 1972:70;Dawson [et
all], 1963:153).
c.
Menyimak
Kreatif
Menyimak
kreatif (craetive listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau
dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya (Dawson [et all], 1963 : 153).
Dalam
menyimak Kreatif mencakup kegiatan-kegiatan:
1)
Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis
pengalman menyimak;
2)
Membangun atau merekonstruksikan imaji-imaji visual baik, sementara
menyimak;
3)
Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk
menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan, dan pementasna
4)
Mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah-masalah serta sekaligus
memeriksa dan menguji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaian tersebut
(Anderson, 1972:70).
d.
Menyimak
Eksplorasif
Menyimak
eksplorasif adalah serjenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan
menyelidiki sesuatu lebih terarah dan
lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak
ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan:
-
hal-hal baru yang menarik perhatian,
-
Informasi tambahan mengenai suatu topik, dan
-
isu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.
e.
Menyimak
Interogatif
Menyimak
Interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
yang menuntut lebih banyak konsentrasi
dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran
sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam
kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau
menanyai sang pembicara (Dawson [et all], 1963 : 153)
f.
Menyimak
Selektif
Menyimak
selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru
memperlengkapinya. Kita harus beupaya untuk memanfaatkan kedua tersebut.
Beberapa bahasa menurut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap prosedur
yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian besar ciri-ciri bahasa yang
berurutan ini, hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut:
-
Nada Suara
Apakah
turun atau naik ataupun tetap mendatar, jelas merupakan salah satudari hal-hal
pertama yang harus diperhatiakn oleh seorang anak mengenai suatu bahasa baru.
Akan tetapi, disisi lain hal ini biasanya merupakan hal terakhir yang
dipelajari oleh orang dewasa.
-
Bunyi-bunyi
Asing
Bagi
seseorang menyimak secara selektif pada aneka variasi nada suatu bahasa – yang
biasanya memakan waktu paling sedikit seminggu atau lebih, bunyi-bunyi asing
tertentu, baik konsonan maupun vokal, tentu sangat menarik perhatiannya. Oleh
karena itu, segi-segi berikutnya yang harus disimak secara selektif adalah
bunyi-bunyi asing dalam bahasa tersebut.
-
Bunyi-bunyi yang
Bersamaan
kalau
kita mulai membedakan antar bunyi-bunyi yang bersamaan kita segera mendapati
bahwa kesamaan-kesamaan yang serupa itu berjalan berkelompok-kelompok. Andai
kata kita menemui dalam suatu bahasa suatu bunyi perantara antara p dan b,
barangkali kita juga akan menemui bunyi perantara yang sesuai antara t dan d,
dan yang lainnya antara k dan g. Dapat dikatakan bahwa kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan dalam bahasa-bahasa bersifat sistematis.
-
Kata-kata dan
frasa-frasa
salah
satu dari frasa-frasa yang paling penting dalam menyimak kata-kata secara
selektif, ataupun menyimak frasa-frasa dan kalimat-kalimat secara selektif,
ialah mencoba memahami dari konteks apa makna yang dikandungnya.
Menyimak
secara selektif terhadap kata-kata biasanya dimulai dengan memperhatikan setiap
kombinasi bunyi yang muncul berulang-ulang, yang seolah-olah “lebih menonjol”
dalam arus ujaran. Pada mulanya, seseorang menyimak secara selektif pada
urutan-urutan yang sering kali muncul, yang maknanya belum begitu dipahami.
Sekali makna itu diketahui serta dipahami maka kita perlu menyimak
kombinasi-kombinasi yang serupa itu dari rekaman lain, atau dalam percakapan
sehari-hari. Kalau kata-kata ini telah menjadi biasa, kita harus menambahkan
kata-kata lain yang baru saja dipelajari, mendorong jauh-jauh batas pengawasan
reseptif terhadap bahasa itu.
-
Bentuk-bentuk Ketatabahasaan
Apabila
kita mempelajari struktur ketatabahasaan suatu bahasa, hendaknya kita menyimak
secara selektif pada setiap tipe ciri ketatabahasaan, seperti jenis kelamin,
waktu, modus, bentuk, susunan kata, frasa, dan klausa. Setiap ciri
ketatabahasaan, terutama sekali yang mungkin menimbulkan kesukaran pada para
pelajar haruslah disimak secara selektif.
Salah
satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada struktur-struktur
ketatabahasaan ialah struktur-struktur yang diserap oleh proses ini cenderung
membuat “ kebiasaan-kebiasaan dalam otak kita”.
2.4.
TUJUAN
MENYIMAK
Tujuan
orang menyimak sesuatu beraneka ragam, antara lain:
a)
Menyimak untuk belajar.
b)
Menyimak untuk menikmati keindahan audial.
c)
Menyimak untuk mengevaluasi.
d)
Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
e)
Menyimak agar dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f)
Menyimak agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
g)
Menyimak agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis
h)
Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat
yang selama ini diragukan.
2.5.
PROSES MENYIMAK
Menyimak
adala suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun
terdapat tahap-tahap, antara lain:
a.
Tahap mendengarkan (heaarning); dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran
atas pembicaraannya.
b.
Tahap memahami (understanding); setelah kita mendengar maka ada
keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan
yang disampaikan oleh pambicara.
c.
Tahap menginterpretasi (interpreting); penyimak yang
baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi
ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir
pendapat yang terdapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
d.
Tahap mengevaluasi (evaluating); setelah memahami serta dapat menafsir
atau nenginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan
serta kebaikan dan kekurangan pembicara.
e.
Tahap menanggapi (responding); tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan
menyerap serta menerima
gagasan atau ide
yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. (Logon [et
all], 1972 : 39; loban [et all], 1969 : 243).
2.6.
KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA
SEKOLAH DASAR
Pada tahun 1949 Tulare Country
School selesai menyusun sebuah buku petunjuk mengenai keterampilan berbahasa
yang berjudul “Tulure Country Cooperative Language Arts Guide”. Khusus mengenai
keterampilan menyimak, dalam buku petunjuk itu terdapat uraian sebagai berikut;
Taman Kanak-kanak
(4 ½ - 6 tahun):
-
Menyimak pada
teman-teman sebaya dalam kelompok-kelompok bermain;
-
Mengembangkan waktu
perhatian yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng;
-
Dapat mengingat
petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana.
Kelas Satu (5 ½ - 7 tahun):
-
Menyimak untuk
menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban
bagi pertanyaan-pertanyaan;
-
Dapat mengulangi
secara tepat sesuatu yang telah didengarnya;
-
Menyimak
bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan.
Kelas Dua (6 ½ - 8 tahun):
-
Menyimak dengan
kemampuan memilih yang meningkat;
-
Membuat
saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek
pengertiannya;
-
Sadar akan situasi,
kapan sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya sidak usah menyimak.
Kelas Tiga dan Empat (7 ½ - 10 tahun):
-
sungguh-sungguh sadar
akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan;
-
Menyimak pada
laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud
tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan
hal itu;
-
Memperlihatkan
keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami
maknanya.
Kelas Lima da Enam (9 ½ - 12 tahun):
-
Menyimak secara
kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan, kesalahn-kesalahan,
propaganda-propaganda, dan petunjuk-petunjuk yang keliru;
-
Menyimak pada aneka
ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam menemui
tipe-tipe baru (Anderson, 1972 : 22 -3).
Kita mengetahui bahwa anak yang
telah meninggalkan taman kanak-kanak telah dimodali dengan permulaan sejumlah
keterampilan. Diantara semua itu tentu terdapat hal-hal yang erat berkaitan
dengan keterampilan berbahasa; dan khusus mengenai kemampuan menyimak dapat
kita catat beberapa hal:
-
anak-anak akan
mampu menyimak dengan baik bila suatu cerita dibacakan dengan nyaring.
-
Anak-anak akan
senang dan mampu menyimak dengan baik bila seorang pembicarav menceritakan
suatu pengalaman sejati.
-
anak-anak dapat
menyimak bunyi-bunyi dan nada-nada yang berbeda, terlebih kalau intonasi ujaran
sang pembicara sanngat jelas dan baik.
-
anak-anak dapat
menyimak serta menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas.
-
Anak-anak mampu
menyimak persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
ujaran.
-
anak-anak mampu dan
senang menyimak ritme-ritme dan rima-rima dalam suatu pembacaan puisi atau
drama.
-
Anak-anak mampu
menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan
(Anderson, 1972 : 20).
2.7.
HAL-HAL YANG
PERLU DISIMAK
Khusus mengenai bahasa,
lebih-lebih bahasa asing, para pelajar haruslah menyimak serta mengenal dan
memahami hal-hal berikut ini (karena sama mengandung makna):
-
bunyi-bunyi fonemis
atau bunyi-bunyi distingtif bahasa yang bersangkutan
dan pada akhirnya variasi-variasi fone yang bersifat
personal atau dialek seperti dipakai atau diucapkan oleh beberapa pembicara
asli, penduduk pribumi;
-
Urutan-urutan bunyi
beserta pengelompokan-pengelompokannya; panjangnya jeda; pola-pola intonasi;
-
Kata-kata tugas beserta perubahan-perubahan bunyi sesuai
dengan posisinya di depan kata-kata lain, (misalnya a boy, an animal ; the/W+ /boy, the/di/apple dalam bahasa Inggris;
-
Infleksi-infleksi
untuk menunjukkan jamak, waktu, milik, dan sebagainya;
-
Perubahan-perubahan
bunyi dan pertukaran-pertukaran fungsi yang ditimbulkan oleh derivasi, misalnya
adil, keadilan, pengadilan, mengadili, dan diadili dalam bahasa Indonesia;
-
Pengelompokan-pengelompokan
struktural, misalnya yang berhubungan dengan frasa-frasa verbal, preposisional;
-
Petunjuk-petunjuk
urutan kata yang menyangkut fungsi dan makna;
-
Makna kata-kata
yang bergantung pada konteks atau situasi pembicaraan, misalnya: kaki meja,
kaki gunung, kaki tangan musuh, tingginya seribu kaki, dan sop kaki;
-
kata-kata salam,
kata-kata sapaan, dan kata-kata keraguan yang terdapat dalam ujaran atau
pembicaraan;
-
Makna budaya
(cultural meaning) yang terkandung atau tersirat dalam suatu pesan atau ujaran.
BAB III
SIMPULAN
Dari matri di atas dapat disimpulkan bahwa:
A.
BATASAN DAN PENGERTIAN MENYIMAK
Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
B.
TAHAP-TAHAP MENYIMAK
Ruth G. Strickland menyimpulkan
adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada
yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat dilukiskan sebagai
berkut;
1)
Menyimak berkala,
yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya;
2)
Menyimak dengan
perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
3)
Setengah menyimak
karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi
hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;
4)
Menyimak serapan
karena snag anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang
penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;
5)
Menyimak
sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara
seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang
pembicara yang menarik hatinya saja;
6)
Menyimak asosiatif,
hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan
sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang
disampaikan sang pembicara;
7)
Menyimak dengan reaksi
berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan
pertanyaan;
8)
Menyimak secara
seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
9)
Menyimak secara
aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang
pembicara (Strickland 1957: (Dawson [et all], 1963:154)).
Tahap-tahap
menyimak ditinjau dari segi perbedaan maksud dan tujuan, diantaranya:
-
Mendengar bunyi
kata-kata tetapi tidak memberikan reaksi kepada ide-ide yang diekspresikan.
-
Menyimak sebentar-sebentar;
-
Setengah menyimak;
-
Menyimak secara
pasif dengan sedikit responsi yang kelihatan;
-
Menyimak secara
sempit;
-
Menyimak serta
membentuk asosiasi-asosiasi dengan butir-butir yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang;
-
Menyimak suatu
laporan untuk menangkap ide-ide pokok dan unsur-unsur penunjang, atau mengikuti
petunjuk-petunjuk;
-
Menyimak secara
kritis;
-
Menyimak secara
apresiatif dan kreatif dengan responsi mental dan emosional sejati yang matang;
Ada pakar lain yang mengemukakan
adanya 7 tahapan dalam menyimak.
·
Isolasi
|
·
Identifikasi
|
·
Integrasi
|
·
Inspeksi
|
·
Interpretasi
|
·
Interpolasi
|
·
Introspeksi
|
C.
RAGAM MENYIMAK
1)
Menyimak Ekstensif
-
Menyimak Sosial
-
Menyimak Sekunder
-
Menyimak Estetik
-
Menyimak Pasif
2)
Menyimak Intensif
-
Menyimak Kritis
-
Menyimak
Konsentratif
-
Menyimak Kreatif
-
Menyimak Eksplorasif
-
Menyimak Interogatif
-
Menyimak Selektif
D.
TUJUAN
MENYIMAK
Tujuan
orang menyimak sesuatu beraneka ragam, antara lain:
-
Menyimak untuk belajar.
-
Menyimak untuk menikmati keindahan audial.
-
Menyimak untuk mengevaluasi.
-
Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
-
Menyimak agar dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
-
Menyimak agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
-
Menyimak agar dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis
-
Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat
yang selama ini diragukan.
E.
PROSES
MENYIMAK
Menyimak
adala suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun
terdapat tahap-tahap, antara lain:
a.
Tahap mendengarkan (heaarning);
b.
Tahap memahami (understanding;
c.
Tahap menginterpretasi (interpreting);
d.
Tahap mengevaluasi (evaluating)
e.
Tahap menanggapi (responding)
F.
KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR
Pada tahun 1949 Tulare Country
School selesai menyusun sebuah buku petunjuk mengenai keterampilan berbahasa
yang berjudul “Tulure Country Cooperative Language Arts Guide”. Khusus mengenai
keterampilan menyimak, dalam buku petunjuk itu terdapat uraian sebagai berikut;
Taman Kanak-kanak
(4 ½ - 6 tahun):
-
Menyimak pada
teman-teman sebaya dalam kelompok-kelompok bermain;
-
Mengembangkan waktu
perhatian yang amat panjang terhadap cerita atau dongeng;
-
Dapat mengingat
petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana.
Kelas Satu (5 ½ - 7 tahun):
-
Menyimak untuk
menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban
bagi pertanyaan-pertanyaan;
-
Dapat mengulangi
secara tepat sesuatu yang telah didengarnya;
-
Menyimak bunyi-bunyi
tertentu pada kata-kata dan lingkungan.
Kelas Dua (6 ½ - 8 tahun):
-
Menyimak dengan
kemampuan memilih yang meningkat;
-
Membuat
saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek
pengertiannya;
-
Sadar akan situasi,
kapan sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya sidak usah menyimak.
Kelas Tiga dan Empat (7 ½ - 10 tahun):
-
sungguh-sungguh
sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan;
-
Menyimak pada
laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud
tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan
hal itu;
-
Memperlihatkan
keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami
maknanya.
Kelas Lima da Enam (9 ½ - 12 tahun):
-
Menyimak secara
kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan, kesalahn-kesalahan,
propaganda-propaganda, dan petunjuk-petunjuk yang keliru;
-
Menyimak pada aneka
ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam menemui
tipe-tipe baru (Anderson, 1972 : 22 -3).
Kita mengetahui bahwa anak yang
telah meninggalkan taman kanak-kanak telah dimodali dengan permulaan sejumlah
keterampilan. Diantara semua itu tentu terdapat hal-hal yang erat berkaitan
dengan keterampilan berbahasa; dan khusus mengenai kemampuan menyimak dapat
kita catat beberapa hal:
-
anak-anak akan
mampu menyimak dengan baik bila suatu cerita dibacakan dengan nyaring.
-
Anak-anak akan
senang dan mampu menyimak dengan baik bila seorang pembicara menceritakan suatu
pengalaman sejati.
-
anak-anak dapat
menyimak bunyi-bunyi dan nada-nada yang berbeda, terlebih kalau intonasi ujaran
sang pembicara sanngat jelas dan baik.
-
anak-anak dapat
menyimak serta menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas.
-
Anak-anak mampu menyimak
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam ujaran.
-
anak-anak mampu dan
senang menyimak ritme-ritme dan rima-rima dalam suatu pembacaan puisi atau
drama.
-
Anak-anak mampu
menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan
(Anderson, 1972 : 20).
G.
HAL-HAL YANG
PERLU DISIMAK
Khusus mengenai bahasa,
lebih-lebih bahasa asing, para pelajar haruslah menyimak serta mengenal dan
memahami hal-hal berikut ini (karena sama mengandung makna):
-
bunyi-bunyi fonemis
atau bunyi-bunyi distingtif;
-
Urutan-urutan
bunyi;
-
Kata-kata tugas;
-
Infleksi-infleksi;
-
Perubahan-perubahan
bunyi;
-
Pengelompokan-pengelompokan
struktural;
-
Petunjuk-petunjuk
urutan kata;
-
Makna kata-kata;
-
kata-kata salam,
kata-kata sapaan, dan kata-kata keraguan yang terdapat dalam ujaran atau
pembicaraan;
-
Makna budaya
(cultural meaning).
DAFTAR PUSTAKA
Guntur Tarigan,
Henry. (2008). Menyimak Sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa.Bandung:Angkasa
0 comments:
Post a Comment