9. Gemericik Mahabah

9.  Gemericik Mahabah 
Cucu Abdul Karim
Meski langit akan mengelak terhadap perbedaan kami. Tetapi bumi masih mengijinkan dua pasang hati untuk terus bersama. Ketika awan berduka dengan tangisannya, biarlah keteduhan hatiini yang akan meneduhkannya. Bila janji terlalu sering membohongi ikatannya, ijinkan kesetiaan ini berjanji untuk terus bersamanya. Halimah bila engkau tak yakin dengan sair lembut ku. Maka ijinkan aku untuk membuktikan bahwa jantungku terlalu banyak mendetakkan namamu. Mungkin rasa bimbag akan terus tersimpan dalam kalbummu, hingga membuatmu lari dari cengkraman mata ini.
Saat jam istirahat aku selalu merasa bahadia. Karna akan terus menemanimu, meski hanya 30 menit. Sikap membuat orang mencari-cari terlahir dalam dirimu. Perpustakaan sangat sepi tanpa tertengok sosok Halimah. Haya buku-buku berdempetan tersimpu malu. Apa mungkin engkau menghindariku. Teringat satu sipat membuat orang terkaget dengan suaramu, membuatku harus menemukanmu. Tertengok dari jendela perpustakaan sebelah kanan terdapat taman sejuk tempat anak-anak membaca buku sambil menikmati suasana taman. Halimah duduk menyendiri dikursi panjang dibawah pohon rindang.
“Halimah” kupanggil halimah yang duduk membelakangi.
Seketika halimah tertengok bersama senyumannya“iah. rio?” Terheran.
Tuliskan mahabah terpampang disampul buku bacanya. Seakan ia mencari sebuah cinta sejati dalam hidupnya. Buku apapun bacadibaca halimah, tak jadi masalah bagiku. Sekarang yang terpenting aku berada didekatnya, tepat disampingnya. Merasakan sejuknya keteduhan membuatku terasa lebih nyaman berdampingan dengannya.
“pernahkah kamu menjauhi seseorang yang berusaha mengikutimu?” tanya bodohku pada Halimah.
“maksudmu?” nada pelannya
“tidah aku haya mengada-ngada” pura-pura tidak bertanya sesuatu pada halimah. Terdiam membisu seperti patung kehabisan akal.
“Haruskah aku menjauhi semuanya? Aku tidak akan pernah menjauhi orang yang benar- benar membutuhkanku. Karna aku bukanlah orang panatik yang terlalu mengingkari kehidupannya. Saat seseorang dengan niat baik ingin menjalin persaudaraan sesama muslim, kenapa kita harus menghindarinya!”. Kata-kata halimah yang begitu lembut, memangkas pertayaan konyolku. Selalu membuatku untuk terus tersenyum dihadapannya. 
“haruskah aku menutupi mata ini agar kata haran tidak menyentuhku ketika melihatmu” ujarku teringat keterangan mengatakan bahwa memandanh wanita lebih dari satu kedip itu dilarang. Memang pandangan pertama itu ternasuk nikmat, tetapi setelah berkedip kedua dan selanjutnya itu yang dilarang. Sedagkan Aku terlalu melanggar aturan, terus memandangi halimah tanpa henti.
“Jangan siksa dirimu dengan membisu dalam keindahan. kamu tidak harus menutupi matamu terlalu rapat. Bukalah matamu selebar mungkin kamu memandang. Selama kamu memandang tanpa diiringi nafsu, selama itu juga kau berhak memandangku lebih lama” .
Gila banget!. Kakat-katanya  selalu membuatku luluh. Haruskah aku tayakan berapa lama ia menghapalkan kata mutiara untuk membuatku terus terpesona. Apakah ia kursus bahasa rayuan? Atau ia selalu nonton Filem-filem romantis tentang penaklukan cinta?.
“bolehkah aku bertaya satu hal?”
“tentang apa?”
“pernahkah kamu merasakan jatuh cinta pada seseorang?” halimah terdiam membisu, seakan pertanyaanku sagat membebani pikirannya “maaf apa bila pertayaanku membuatmu bingung!” ucapku dihadapannya.
“apakah aku terlihat bingung. Itu sudah hakmu mau bertanya apapun! Aku...” sewaktu halimah akan menjawab pertanyan, Felin datang memasang wajah marah. Ia menariku begitu kencang hingga aku tertakik kesampingnya.
“sedang apa kalian disini” nada cemburu Felin. Ditekuk kedua tangan dipinggulnya.
Kenapa wanita gila muncul seperti jaelangkung. Datang tak diundang, pulagnya aku usir. Mengganggu saat momen penuh rasa penasaran. Halimah seakan terkejut dengan datangnya Felin ditengah-tengah tengah kami. Ia haya terdiam menatap Felin. Tidak menyangka ternyata halimah bisa menghadapi Felin dengan mudah. Sedikit rayuan membuat Felin tersanjung meski sangat memberatkanku.
“oh... kami sedagan berbicara mengenai kecantikanmu” jawab halimah. Felin terliah begitu tersanjung sambil mengarah padaku, seakan tingkah kecentilannya akan bereaksi. 
“oya? Terus apa yang dicarakan?” ia duduk kecentilan disamping Halimah.
“tidak banyak kok. Rio haya bertaya bagaimana ia membuatmu tersanjung dan membuat kamu tetap menyukainya” terang Halimah sembari menggapai kedua tangan Felin. Terlukis diwajah Halimah seakan ia sangat berat mengatakan semua itu. “kebetulan waktu istirahat telah usai. aku pergi duluan ke kelas” pamit Halimah. Begitu terburu-buru meninggalkan kami.
“sampai ketemu dikelas” Felin melambaikan tangan kanannya. Kini ia berdiri dihadapanku “aduh sayang! kamu sebenarnya tidak usah bertanya pada orang lain untuk membuatku tersanjung.” Sambil menyandar-nyandarkan tubuhnya dibadanku “sayang kamu mau kemana? Rio kamu mau kemana?”. Sedikit mundur untuk melepaskan pelukannya. 
Apa mungkin kamu tidak ada sedikitpun rasa padaku Halimah. Kutinggalkan Felin yang terus saja menyanjung-nyanjung dirinya.
Pelangi telah lenyap karna gerimis telah berhenti begitu saja. Berulang kali aku berusaha berada didekat haliamh selalu sajah gagal. Aku ikuti ia keperpustakaan, kekantin, saat shalat. Hingga kemanapun ia pergi aku mengikutinya. Sayang Ia selalu menghindar. Berusaha menjauhiku. “Apakah kamu takut membuat Felin kecewa bila aku berada didekatmu” gumam dalam hati. Hati ini tengah dibuatnya hampa berhari-hari, bermingu-minggu, hingga dua bulan terakhir aku masih belum bisa berbicara dengan Halimah seperti waktu itu. Ditambah Felin selalu menjadi penghalang untuk membuatku dekat dengannya.
Pada tanggal 01 Oktober banyak sekali kejutan dibuat teman temanku. Sekenarario yang dimuat Drim dan Wil membuatku merasa terharu akan arti sebuah persahabatan. Selain itu Omah bersama keluarga besarku membuat perayanan mensyukuri usiaku yang semakin bertambah. Satu hal menjadi penyesalan. Wanita dambakan tidak ikut berbahagia disaat aku sangat membutuhkannya. Haya wanita centil alias Felin yang selalu mengganggu semua Aktivitasku.   
Hari ini hari senin tanggal 03 Oktober. Hari ketiga dimana usiaku telah menginjak 18 tahun. Tubuhku terasa lelah terus membuntuti Halimah. Sedangkan ia selalu menghindar. Aku hanya dapat memandanginya saat pelajaran berlangsung. Bel waktu istirahat tida membuatku senang lagi. Kali ini tidak ku ikuti halimah kemana ia pergi. Berdiam diri didalam kelas bersama kedu asahabat terbaiku.
“kenapa kamu yo? Hari-hari ini kamu terlihat lesu” taya Drim memandangku dalam kondisi Galau gituh. Menyandarkan tubuh dibagku.
“ada apa Kawan? Apa pujaan hatimu terlalu lincah untuk ditangkap!”  sindir canda Wil merangkul pundakku.
“apaan sih kalan” sedikit mendorong tubuh wil. Selera humorku seakan terkuras habis. Gairah candaku tandus begitu saja. Lagu-lagu merdu terdengar bising ditelinga ini. Jenuh, bosan, malas, dan galau yang sedag melanda jiwa.
Felin datang menghampiriku dengan sifat manja dan centilnya.
“sayang ayo kita kekantin, aku lapar” menarik-narik tanganku. Selama ini Aku  terlalu sabar menghadapi felin. Aku sudah muak melihatnya bertingkah seperti ini. Kuayunkan tangan yang ditarik Felin dengan seketika berusaha melepaskan pegangannya. Wil dan Drim hanya terdiam bersama tatapan heran, karna baru kali ini aku memperlakukan Felin seperti itu.
“sayang kamu kok gitu? Kamu tidak biasaya seperti ini” mengelus-ngeluskan jari jemarinya didadaku.
“Felin, kali ini aku mohon satu hari saja kamu tidak menggagguku” ucap marahku dengan nada aga naik sedikit.
“sayang apa maksudmu, kamu terasa tergangu olehku! Apa karena cewek so suci itu kamu jadi seperti ini? Baiklah sayang aku akan buat perhitungan dengan dia!” raut marah terpasang diwajahnya. Ia seakan siap mencabik-cabik siapa saja yang menghalanginya.  Kutarik tangan Felin yang beranjak pergi menyusul Halimah.
“Hentikan ulah konyolmu Felin. berhentilah berperilaku bodoh yang terus menerus memaksaku untuk menjadi pacarmu. Kau tahu Felin, semua tingkahmu membuatku terlihat seperti orang bodoh. Aku tahu sebenarnya kamu sadar kalau aku tidak pernah sedikitpun mencintaimu. Tetapi sikap tidak tahu apa-apa selalu kamu tunjukan dihadapanku. Apakah dengan sikap seperti itu aku akan luluh? Tidak Felin tidak. Kamu telah gagal merayuku. Dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu. Karan aku haya mencintai seseorang dan akan selalu mencintainya!” Kulepaskan kembali pegangan tanganku.
Aku utarakan semua benak ini agar dihujung pilu Felin tidak kecwa. Meski sekarang ia terlihat terpukul. Tetapi apabila aku tidak melakukan ini entah kapan aku harus mengakhirinya.
Felin terdiam, ia mulai membalikan badannya. Felin menangis meneteskan kekecewaan terhadap sikapku. Tidak satu kata terucap dari mulutnya. Ia berlari meninggalkan ruangan kelas. Tepatnya meninggalkanku. Memang ada sedikit rasa sesal dalam hatini. Karna bukanlah sifatku membuat seorang waita menangis.
“kamu sudah benar kawan” ucap semagat Drim sambil mengelus punggungku.
“thank” ucapku
Sahabat-sahabatku selalu ada dalam suka maupun duka. Sahabat bukanlah satu perjanjian yang hanya mengikat satu kekuatan dan haya bertahan selama kesepakatan itu masih disetujui. Dikala duka sahabat Ibarat sebuah tongsampah yang menerima semua jenis barang apapun. Mereka akan selalu merangkul kita meski kita penuh dengan kekurangan. Dikala bahagi sahabat seperti nada petikan senar gitar yang akan terus melantunkan lagu-lagu bahagia untuk kawannya. Jika satu senar telah patah dalam seketika nyanyian merdua akan sunyi. Senar tidak akan berbunyi sebelum sang pengiring sempurna kembali. tetapi satu pesan yang tak seharusnya kita ambil dari senargitar. Bahwa sahabat tidak akan menggantikan senarnya yang patah dengan senar merdu lain. Tetapi yang harus kita ambil hikmahnya dari senar gitar adalah saat suara gitar dipetik begitu lembut serentak nadaya akan begitu merdu. Itulah sahabat mereka akan bernyanyi bersama dan ternenti bersama. Suska duka mereka rasakan dalam sebuah ikatan persahabatan.

0 comments:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net