PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBING-PROMPTING DITINJAU BERDASARKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
1. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi
a.
Pengertian Menulis
Istilah menulis dalam dunia pendidikan tentunya tidak asing lagi. Selalu
kita jumpai setiap saat. Baik menulis catatan, surat, artikel, ataupun karya
sastra. Karena menulis mampu menyampaikan gagasan yang sulit untuk diungkapkan.
Selain itu, menulis juga dapat menjadi obat pengingat lupa. Sebuah tulisan
dapat tersimpan rapi hingga bertahun-tahun dan ketika lupa bisa membukanya
kembali. Berbeda dengan ingatan. Ketika lupa, sulit untuk mengingatnya lagi.
Namun bagi seorang pemula, menulis itu sulit. Terutama menulis sebuah karya
sastra. Banyak sekali alasan yang menghambatnya. Ada yang menyatakan belum
memperoleh inspirasi, bingung menuangkan gagasannya, bahkan alasan yang paling
menghawatirkan yakni malas. Biasanya, orang yang pemalas itu tidak
memiliki semangat untuk berusaha dan
terus belajar. Sesulit apapun, jika diiringi dengan usaha pasti akan membuahkan
hasil. Begitu juga menulis. Kuncoro (2009) menyatakan sebenarnya semua orang
memiliki bakat menulis, hanya perlu berlatih dan meningkatkan keterampilan
menulis untuk berbagai kebutuhan.
Jika kita pahami lebih lanjut tentang pengertian menulis, tentunya ada
banyak pemikiran yang berbeda-beda. Salah satunya Tarigan (2008) dalam bukunya
berpendapat bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Dengan demikian menulis merupakan proses kreatif yang dapat
menyampaikan informasi untuk disampaikan kepada pembaca melalui tulisan.
Menulis juga dapat menuangkan pikiran, gagasan, ataupun perasaan yang tidak
dapat disampaikan secara lisan.
b.
Pengertian Puisi
Bebicara tentang puisi, hingga saat ini belum ada batasan yang pasti.
Pernyataan ini sejalas dengan pernyataan Gumiati (2013) bahwa puisi merupakan
salah satu genre dari karya sastra disamping prosa. Batasan atau pengertian
puisi selalu berubah-ubah. Bahkan sampai sekarang belum ada pengertian yang
pasti tentang puisi. secara kebiasaan orang dapat menyebutkan bahwa itu puisi
berdasarkan wujud konvensi bangunan puisi atau tipografinya. Puisi biasanya
dibangun atas larik-larik yang membentuk bait. Satu buah puisi biasanya terdiri
dari beberapa bait. Bentuk ini juga biasa digunakan orang untuk membedakan
puisi dengan prosa.
2.
Model Pembelajaran Probing-Prompting
a. Pengertian
Model Probing-Prompting
Model dapat diartikan
sebagai suatu gambaran sebuah objek yang dapat membantu mencerminakan pemikiran
dan tindakan terhadap suatu hal. Pembelajaran merupakan proses belajar yang
dilakukan oleh siswa secara terencana dengan bimbingan dari guru tercipta suasana
yang kondusif. Dengan demikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
gambaran yang membantu menjelaskan proses pembelajaran baik menjelaskan
pemikiran maupun tindakan terhadap pembelajaran tersebut.
Model pembelajaran Probing-Prompting sangat tepat
diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi. Menurut arti katanya, probing
adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah mendorong atau
menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh
sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk
memahami pengetahuan atau konsep baru.
Pembelajaran probing prompting
adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan
pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari (Suherman, 2008:6). Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip
dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.
Pembelajaran probing prompting
sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question
adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut
dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga
jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Suherman dkk,
2001:160). Probing question ini dapat memotivasi siswa untuk memahami
lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses
pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha
menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan
pertanyaan yang akan dijawabnya. Dengan model
pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak
sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak
bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam
proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian
bisa dibiasakan untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberi
serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada
yang lembut. Ada canda, senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman,
menyenangkan dan ceria. Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah
berpartisipasi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran probing prompting dapat menciptakan suasana kelas yang ramai karena siswa terlibat aktif
dalam belajar yang disertai dengan berbagai tantangan, sehingga siswa harus
konsentrasi.
Terdapat dua aktivitas siswa yang
saling berhubungan dalam pembelajaran probing prompting, yaitu aktivitas
siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha
membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa
dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah
sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).
b.
Penerapan Model Robing Prompting dalam Pembelajaran Menulis
Puisi
Langkah-langkah pembelajaran probing
prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik probing (Sudarti,
2008:14) yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut:
1)
Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan
dengan memperhatikan contoh puisi karya penulis terkenal, objek yang memancing
berkembangnya imajinasi siswa atau situasi lainnya yang mengandung
permasalahan.
2)
Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyusun rangkaian kata sehingga dapat membentuk satu
kesatuan puisi yang utuh atau melakukan diskusi kecil dalam penyusunannya.
3)
Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
4)
Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyusun rangkaian kata sehingga dapat membentuk satu
kesatuan puisi yang utuh atau melakukan diskusi kecil dalam penyusunannya.
5)
Menunjuk salah satu siswa untuk membacakan puisi yang
ditulisnya.
6)
Jika puisinya bagus maka guru meminta tanggapan kepada
siswa lain tentang puisi yang ditulisnya tersebut untuk meyakinkan bahwa
seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa
tersebut mengalami kemacetan menulis puisi dalam hal ini puisi yang diberikan
kurang memiliki keindahan, maka guru memperlihatkan sebuah model dapat berupa
bunga ataupun yang lainnya agar siswa dapat memperbaikinya. Lalu dilanjutkan
dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi,
sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator.
Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada
beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing
prompting.
7)
Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang
berbeda untuk lebih menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah
dipahami oleh seluruh siswa.
3.
Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Probing-Prompting
Ditinjau Berdasarkan Teori Belajar Konstruktivistik
a.
Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui, konstruktivisme
adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan
memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Dari keterangan diatas dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang
diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini
dalah sebagai berikut:
·
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab siswa itu sendiri.
·
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
·
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
·
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri.
·
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar
itu.
b.
Ciri-ciri pembelajaran Secara Konstruktivistik
·
Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru
melalui penglibatan dalam dunia sebenar
·
Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid
dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
·
Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira
sikap dan pembawaan murid
·
Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar s
esuatu idea
·
Menggalakkan & menerima daya usaha &
autonomimurid
·
Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid
& guru
·
Menganggap pembel ajaran sebagai suatu proses yang
sama penting dengan hasil pembelajaran Menggalakkan proses inkuirimurid mel
alui kajian dan eksperimen.
c.
Hubungan
Teori Belajar Konstruktivistik dengan Model Pembelajaran Probing Prompting dalam Menulis Puisi
Jika dikaji, teori
Konstruktivistik sangat berkaitan erat dengan model pembelajaran Probing Prompting. Terutama dalam
menulis puisi. lihat saja dalam tujuan teori belajar tersebut. Dilihat pada
poin pertama hingga terakhir bahwa tujuan teori ini:
·
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah
tanggung jawab siswa itu sendiri.
·
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
·
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
·
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir
yang mandiri.
·
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar
itu.
Sekarang kita hubungkan dengan model
probing prompting. Bahwasanya model
pembelajaran ini menekankan siswa untuk aktif dan selalu konsentrasi agar mampu
menghadapi tantangan yang diberikan oleh guru. Sehingga siswa memiliki motivasi
belajar dan dapat mempersiapkannya lebih matang. Maka siswa akan lebih terampil
dan dapat berpikir secara mandiri. Tidak lagi tergantung pada orag lain.
Sama halnya dalam menulis puisi.
Siswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang diberikan oleh
guru. Misalnya, guru memberikan tantangan kepada siswa untuk menulis puisi
berdasarkan objek yang sudah ditentukan. Sehingga tidak ada satu orangpun siswa
yang dapat berleha-leha saja. Semua siswa harus berpikir agar dapat menulis
puisi sesuai dengan objek yang telah ditetukan. Tentunya dengan memperhatikan
keindahan dari puisinya tersebut.
0 comments:
Post a Comment