CATATAN HARIAN IBU (6)

             Awan tak lagi bersahabat, hujan mulai mengguyur seluruh kota. Sementara aku sibuk menyelidiki semua teka-teki ini untuk memecahkannya. Aku berniat untuk pergi ke ruang bawah tanah bekas rumahku yang terbakar itu. Aku yakin akan mendapatkan jawabannya disana.
Setibanya dibekas rumah itu, segeralah ku masuk ruang bawah tanah. Tanpa sengaja kutemukan buku harian ibu sewaktu muda. Ku baca setiap lembarannya dan kutemukan fotonya bersama bu Sulastri ibu angkatku, rahasia ibu sewaktu muda pun mulai terungkap.
▪▪▪
            20 tahun yang lalu.
Aku memiliki seorang sahabat yang begitu baik, selalu menolongku. Kita memang selalu bersama sejak SMP dan kita sepakat untuk masuk SMA yang sama. Pokoknya kita  selalu bersama. Namun satu hal yang kita pantangkan yakni menyukai pria yang sama.
Hingga saatnya ku bertemu dengan Fikri Amirullah. Dia tak pernah membeda-bedakan teman. Dia pun memperlakukanku  dengan hormat. Tak seperti yang lainnya, selalu menghinaku dan menyepelekan. Memang aku ini orang miskin. Tapi dia itu lain, sepertinya semua kebaikan ada pada dirinya. Layaknya malaikat, tak sekalipun dia membuatku marah. Namun sayang, sahabatku Sulastri lebih dulu bertemu dengannya. Sehingga jatuh cinta pada pandangan pertama telah ia rasakan padanya. Aku terlambat. Sulastri selalu menceritakan Fikri padaku. Sedangkan aku hanya memendam dalam hati.
Tibalah suatu kesempatan untuk duduk berdua dengannya, ya hanya berdua. Dia menatap mataku dengan tatapan marah. Aku merasa heran. Dosa apakah yang telah kuperbuat padanya? Dan saat itu ku tak mampu berbicara apapun. Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulutku. Perasaanku mulai buyar. Hanya menatapku dengan penuh emosi yang dia lakukan saat itu. Akhirnya ku beranikan untuk bertanya padanya.
“ada apa?” tanyaku gugup.
Dia hanya dian dan menatap mataku tajam.
“Apa suatu hal yang ingin kamu sampaikan padaku?”
Dia tak menghiraukan ucapanku. Dia langsung pergi meninggalkanku dengan sejuta tanya. Aku semakin heran. Apakah maksud dari tatapannya itu? Apakah dia membenciku? Tapi mengapa dia membenciku?
Esokan harinya kudapatkan dia sedang bersendagurau di depan kelas dengan Sulastri. Begitu akrab. Diam-diam ku menguping perbincangan mereka. Mengejutkan sekali, mereka sedang membicarakan aku. Aku hanya bisa menguping saja.
“Tri, tidakkah kau merasa aneh pada Fatimah?” tanya Fikri.
“Memangnya kenapa? Biasa saja kok.”
“Dia seolah-olah menjauhi kita.”
“bukan kita tapi kamu, Fik.”
“Maksud kamu?”
“Tidak,,, aku bercanda.. heheee”
“ah kukira kau serius..” tanggapnya kesal.
Dibalik dinding, ku menangis tersedu. Ingin rasanya ku menghampiri mereka dan mengatakan kalau aku mencintai Fikri. Akan tetapi, ku tak dapat melakukan itu. Sulastri Sahabatku sangat menyukai Fikri. Biar saja aku yang menjauh dan meleburkan rasa ini.
▪▪▪
Aku sangat terharu membaca buku harian ibu, dia sangat menyayangi sahabatnya. Ya dia Sulastri ibu angkatku. Mereka bersahabat sewaktu muda. Bahkan, demi menjaga persahabatannya dia rela mengorbankan perasaannya sendiri.
Tak terasa hari mulai gelap, senjapun hadir sembari tersenyum merekah kemerahan. Hujan masih mengguyur kota. Aku beranjak pergi ditemani sebuah payung yang mampu menjagaku dari guyuran hujan dan tak lupa kukantongi buku harian itu, karena tak mungkin aku selesaikan membacanya sekarang, kutakut kemalaman.
Setibanya di rumah kak Fazar telah menungguku di depan pintu. Dia memasang wajah marah. Namun tak satu patah katapun yang terucap darinya. aku pun segera lari ke dalam kamar dan kutinggalkan payung di depannya. Saat teringat tatapannya tadi, ku teringat cerita ibu saat Fikri menatapnya dengan penuh amarah. Disamping itu, aku tak mengerti mengapa Kak Fazar terlihat marah padaku. Apa dia masih ingat dengan kejadian tempo hari? Saat aku pergi meninggalkannya di pekarangan rumah? Entah lah.
Tibalah saat makan malam, namun aku tak bergabung dengan ibu dan Kak Fazar. Aku asyik melanjutkan  membaca buku harian ibu. Saat asyik membaca buku, ku dengar ibu berbincang dengan Kak Fazar. Ku buka pintu dan ku duduk di tangga dekat kamarku untuk mendengarkan pembicaraan mereka.
“Sepertinya aku akan berangkat besok, bu” ujar kak Fazar.
“Oh begitu, memangnya sidang sekripsimu kapan, Zar?”
“Senin depan, bu.”
“Namun, ku harus membereskan administrasinya sebelum sidang”
“Oh, ya terserah kamu jika itu keputusanmu untuk berangakat besok.”
“Tapi, sudahkah kamu bicara pada adikmu? Dia sangat kecewa jika kamu tak bicara padanya terlebih dahulu..”
“Belum, bu”
“Tadinya, aku ingin bicara padanya sekarang. Tapi sepertinya dia kecapean”
“Memangnya seharian ini adikmu pergi kemana? Ibu tak melihatnya.”
“Fazar gak tahu,. Saat aku mau bertanya, dia langsung lari ke kamar. Seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan.” Sambil melihatku yang duduk di tangga, sepertinya sejak awal dia tahu kalau aku nguping pembicaraan mereka.
Aku hanya diam dan pelan-pelan pergi ke kamar.  Tak ku sadari Kak Fazar membuntuti dan memanggilku.
“Dek...” panggilnya..
Kumenoleh ke arahnya “Iya Kak.”
Dia menghampiriku dan mengjakku duduk di kursi samping kamarku.
“Mengapa kau tak ikut makan malam?”  tanyanya ketus.
“Aku gak lapar, Kak”
“oh begitu, memangnya kau habis dari mana seharian ini?” tanyanya menyelidik.
“Aku,, a..a..aku..” jawabku terpatah-patah gugup.
“jawab, dek. Jangan bohong.”
“ya, walaupun aku hanya kakak angkatmu, tidakkah kau sedikitpun menaruh percaya padaku? Bukannya waktu itu kau bilang akan menceritakannya padaku?”
“Bukan seperti itu, hanya saja aku belum bisa cerita sekarang. Karena aku saja belum tahu apa yang ku hadapi saat ini. Tapi aku janji, suatu saat nanti akan bicara padamu. Berikan aku waktu untuk memecahkannya sendiri, kak”
“Baiklah jika itu keputusanmu. Yang jelas, besok pagi aku berangkat. Aku harap, kau bisa bangun pagi.”
“Ku usahakan, Kak”
“Makasih, lekas istirahat. Sepertinya kau kecapean”
“Iya” sambil ku anggukkan kepala dan beranjak ke kamar.
Ku lanjutkan kembali membaca buku harian itu. Ku jamahi setiap lembarnya. Ku temukan pada lembaran-lembaran akhir cerita tentang seorang pernikahan Ibu Sulastri dan Fikri.
▪▪▪
Selama ini mereka tak mengetahui perasaanku terhadap Fikri, termasuk dia sendiri. Fikri tak pernah menyadarinya. Hingga saatnya, mereka berdua menikah setelah lulus sekolah. Aku sangat sakit hati. Namun, biar kusimpan semua rasa ini. Biarkan semuanya hilang. Kebahagiaan Sulastri juga kebahagiaanku. Sulastri tak salah. Dia berani mengungkapkan perasaannya. Sedangkan aku hanya diam dan melihat Fikri dari kejauhan.
Setahun mereka menikah, akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik. Fania namanya. Sedangkan aku belum menikah dengan siapapun. Tak ada seorang lelakipun yang dapat memikat hatiku. Hingga saat inipun tetap Fikri yang menempati  hatiku.
Ibu mulai resah dengan tingkahku yang tak acuh terhadap lelaki. Semua lelaki yang melamar segera ku tolak. Akhirnya dia menjodohkanku dengan seorang lelaki dewasa yang terpaut 10 tahun di atasku. Aku pasrah menerima perjodohan itu. Aku tak mampu menolak perintah ibu. rupanya lelaki tua itu telah mengiming-imingi harta yang melimpah sehingga ibu tergiur. Kitapun menikah sirih di usiaku yang ke 24.
Pernikahan kami baru berusia 1 tahun dan aku telah mengandung 7 bulan.  Aku tak menginginkan janin ini. Aku sangat membencinya. Ingin rasanya aku menggugurkan kandungan ini. Karena janin ini membuatku menderita. Karena janin ini mengingatkanku pada lelaki bajingan yang meninggalkanku dalam keadaan hamil muda. Ternyata dia sudah memiliki seorang istri dan anak laki-laki yang sudah berusia 4 tahun. Dia membodohi keluargaku.
Dari situ penderitaan keluargaku dimulai. Kini aku harus menunggu bayi ini lahir dan mengurusnya seorang diri. Karena Jafar, lelaki bajingan itu meninggalkanku tanpa uang sepeserpun. Bertahun-tahun aku hidup menderita. Ibu jatuh sakit dan meninggal dengan hati terluka melihat keadaanku.
Menginjak kandungan 8 bulan, Fikri hadir kembali dalam kehidupanku. Saat itu, kita tak sengaja bertemu. Aku sedang mengemis di lampu merah. Rupanya dia mengenaliku. Segeralah dia mengajakku masuk kedalam mobilnya. Ia pun terkaget-kaget melihat keadaanku.
“Mengapa kamu mengemis dijalanan? Bukankah kau sedang hamil?”
“Aku terpaksa melakukan ini, suamiku telah meninggalkanku dalam keadaan hamil dan aku tak tahu lagi harus bagaimana untuk bertahan hidup. Sementara itu ibuku sudah meninggal. Kini ku jatuh miskin karena lelaki bajingan itu.
Mendengar pernyataanku, dia merasa kasihan. Hingga keesokan harinya dia menemuiku dijalanan. Dia melamarku dan menikahiku. Ya walaupun menikah sirih, aku bahagia. Akhirnya aku bisa menikah dengannya, meski ku tahu dia menikahiku karena merasa kasihan.
Tak lama dari itu, aku melahirkan seorang anak perempuan. Ku beri nama Faihatun yang entah apa artinya. Aku tak peduli. Karena dia telah membuat hidupku sengsara. Terlebih lagi setelah anak itu lahir, Fikri meninggal dunia saat menuju rumahku. Ya.. dia memberikanku sebuah rumah kecil yang layak huni. Ketika itu, kebencianku bertambah besar pada anak itu. Meskipun Fikri sudah meninggal, dia membuatkanku sebuah warung kecil untuk menyambung hidupku kelak.
▪▪▪
Catatan harian ibu hanya cukup sampai disitu saja. Tidakkah ibu menuliskan, bahwa ibu menyayangiku? Mengapa aku menjadi korban? Aku sangat menyayangimu. Sakit rasanya ketika membaca tulisan itu. Seakan hatiku remuk tergilas setum. Aku diibaratkan kotoran yang begitu menjijikan sehingga kau tak mau mempedulikanku.
Pantas saja bu, kau mau menikahkanku dengan lelaki pilihanmu. Kau tak pernah mempedulikan perasaanku. Karena diriku tak berarti bagimu. Tapi betapapun kau membenciku, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Aku berharap kau diterima disisiNya. Aku berjanji akan mencari lelaki pilihanmu itu. Semoga saja, dengan aku menikah dengannya kau bisa menyadari betapa aku menyayangimu. Hidupku pun kan kuberikan untukmu.
Akhirnya jawaban kedua pun telah ku peroleh. Ayahku seoerang bajingan yang telah membuatmu menderita sehingga kau membenciku. Mulai serkarang, aku takkan mencarinya lagi. Aku tak mau sakit hati yang kedua kalinya. Tak ada lagi air mata yang mengharapkannya datang dan aku akan membuktikan padanya, cukup ini air mata terakhir. Aku bisa hidup tanpa kau lelaki bajingan.

0 comments:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net